Senin, 12 November 2012

Pengobatan Malaria


Selama beberapa dekade telah ditemukan beberapa jenis obat yang terbukti dapat ‘meredakan’ sakit malaria. Kata ‘meredakan’ digunakan karena kenyataannya penyakit malaria adalah penyakit yang sulit disembuhkan secara total, hal ini dikarenakan parasit plasmodium yang menjadi penyebab penyakit malaria bersembunyi di dalam hati (liver) manusia sehingga aman dari terjangan atau serangan obat. Parasit plasmodium bersembunyi dan sewaktu-waktu dapat kembali berkembang biak dan kembali menginfeksi sel darah merah.
Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan malaria sebagian besar dapat pula digunakan untuk pencegahan penyakit malaria. Obat-obatan ini akan menjadi lebih bermanfaat dan efektif apabila digunakan untuk pencegahan, karena parasit akan langsung dapat dimatikan oleh obat sebelum sampai ke sistem hati (liver) manusia dan bersembunyi di sana. Penanganan dan pengobatan malaria umumnya menggunakan beberapa macam obat yaitu klorokuin, primakuin, dan quinacrine. Obat-obatan ini menyerang parasit malaria dalam darah dan hati (liver) dapat merusakan sel hati yang sehat, sehingga kurang baik dan dapat membawa efek samping yang buruk pada pasien jika digunakan dalam dosis berat atau dalam waktu yang panjang.
Obat malaria yang paling sering digunakan di Indonesia untuk menangani dan mengobati malaria adalah primakuin dan klorokuin. Primakuin umumnya digunakan pada pasien positif malaria vivax atau ovale dengan dosis 1 kali per hari selama 14 hari berturut-turut, sedangkan klorokuin lebih banyak digunakan untuk mengatasi malaria falciparum dengan dosis 2,5 gram yang dibagi selama 3 hari (1 gram penggunaan awal disusul dengan 500mg per 24 jam.

Pengobatan dengan menggunakan Kina sering digunakan untuk mengobati malaria atau juga kombinasi antara 2 parasit misalnya falciparum dan vivax, dengan dosis 650g per hari selama 7 hari berturut-turut. Efek samping dari Kina adalah mengganggu pendengaran bahkan dapat merusak pendengaran.

Ditemukan Senyawa untuk melawan malaria 

Sulit untuk berbicara tentang angka jika berbicara tentang malaria. Diperkirakan setiap tahun 1,3 juta orang meninggal karena malaria, dan dari jumlah ini sekitar 90% adalah anak di bawah lima tahun, meskipun wanita hamil juga rentan, di samping itu ada 396 juta kasus malaria per tahun , dengan Sahara Afrika daerah yang paling terkena dampak.
Walaupun berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan pengobatan, hanya sedikit kemajuan yang terlihat beberapa tahun terakhir. Bahkan jika prevalensi malaria terus di jalurnya yang terus meningkat, diyakini bahwa tingkat kematian bisa dua kali lipat dalam 20 tahun mendatang. Oleh karena itu suatu kemajuan atau percobaan apapun tetap merupakan harapan untuk daerah ini.
Makalah yang diterbitkan dalam laporan Science bahwa tim dari institut Kesehatan Nasional AS telah mengidentifikasi beberapa senyawa yang menunjukkan efek positif terhadap berbagai strain parasit malaria. Studi ini menekankan bahwa parasit akan hanya memiliki sejumlah cara untuk mengembangkan resistensi terhadap senyawa ini.
Salah satu masalah terbesar malaria adalah resistensi parasit terhadap obat-obat malaria yang ada saat ini. Bahkan satu-satunya obat malaria yang ampuh saat ini yaitu artemisinin sudah dapat dilawan oleh parasit falciparum di beberapa daerah di Asia Tenggara.
Sebuah tim dikoordinasikan oleh Jing Yuan telah menggunakan tinggi-throughput metode skrining untuk sekitar 3.000 senyawa yang sudah disetujui untuk manusia atau hewan  ini, 32 yang aktif pada saat itu menghambat pertumbuhan minimal 45 baris parasit malaria yang berbeda malaria di seluruh dunia. Para peneliti kemudian menganalisis genom dari 61 baris parasit dan menemukan bahwa banyak perbedaan dalam menanggapi obat dikaitkan hanya tiga gen. Juga telah mengidentifikasi senyawa yang dapat digunakan bersama-sama, karena mereka bertindak pada bentuk normal dan mutan dari target yang sama.
Anti malaria dari minyak cengkeh ditemukan UGM
Parasit Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria sudah semakin kebal (resisten) terhadap obat anti malaria (misalnya klorokuin). Berdasarkan hal itu, tiga mahasiswa jurusan Kimia FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Dhina Fitriastuti, Imelda Octa Tampubolon, dan Putri Ernia Wati mencoba melakukan penelitian mengenai senyawa anti malaria yang didapatkan dari minyak daun cengkih. “Penelitian senyawa anti malaria ini memang belum diujikan langsung pada hewan dan manusia. Untuk menjadi obat prosesnya masih lama dan panjang uji cobanya,” kata Dhina kepada wartawan di Kampus UGM, Selasa (31/7/2012).
Menurut Dhina minyak daun cengkih di Indonesia merupakan produk alami yang tidak mahal. Minyak atsiri ini mempunyai komponen yang paling dominan eugenol. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan eugenol ini dapat diubah menjadi senyawa 3,4-dimetoksi benzaldehida (veratraldehida) melalui proses isomerisasi, oksidasi dan metilasi. “Salah satu senyawa antimalaria baru yang dapat disintesis adalah (1)-N-(3,4-dimetoksibenzil)-1, 10-fenantrolinium bromida dan dapat dihasilkan dari minyak daun cengkih,” katanya. Berdasarkan hasil tersebut, senyawa (1)-N-(3,4-dimetoksibenzil)-1, 10-fenantrolinium bromida memiliki nilai IC50 yang lebih kecil dari klorokuin. “Ini artinya senyawa hasil sintesis memiliki aktivitas antimalaria yang lebih baik daripada klorokuin,” ungkapnya.
Menurut Dhina penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu langkah awal dari pembuatan obat malaria. Senyawa aktif hasil sintesis ini masih perlu diuji klinik lebih lanjut, yaitu meliputi uji in vivo, uji mekanisme aksi dan toksisitas. Untuk melakukannya, diperlukan kerjasama interdisipliner ilmu yaitu dengan pihak kedokteran (dalam uji lanjutan) dan pihak farmasi (dalam pembentukan sediaan obat). “Selanjutnya akan kita lakukan uji toksisitas apakah senyawa ini beracun di tubuh atau tidak. Harapan kami, senyawa ini bisa digunakan secara luas dan menjadi alternatif obat malaria,” katanya.
  

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes