1. Ontologi Pengetahuan
Pengetahuan
adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi
pengetahuan adalah selalu terdiri atasi unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu,
pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk
mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya
sebagai hal ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan adalah hasil
tahu menusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu objek tertentu.
Pengetahuan dan pikiran sangat penting. Delapan hal
penting yang berfungsi membentuk struktur pengetahuan manusia, menurut Bahm yaitu:
1. Mengamati (observe). Pikiran berperan dalam mengamati objek-objek. Dalam
melaksanakan pengamatan terhadap objek itu, maka pikiran haruslah mengandung
kesadaran. Jadi, di sini pikiran merupakan suatu bentuk kesadaran.
2. Menyelidiki (inquires). Ketertarikan pada objek
dikondisikan oleh jenis-jenis objek yang tampil. Minatlah yang membimbing
seseorang secara alamiah untuk terlibat ke dalam pemahaman pada objek-objek.
3. Percaya (believes). Kepercayaan merupakan sikap menerima sesuatu yang
menampakkan sebagai pengertian yang memadai setelah keraguan.
4. Hasrat (desire). Kodrat hasrat ini mencakup kondisi biologis serta
psikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa. Karena pikiran
dibutuhkan untuk aktualisasi hasrat, kita dapat mengatakannya sebagai hasrat
pikiran.
5.
Maksud (intends). Kendatipun memiliki maksud ketika akan mengobservasi,
menyelidiki, memercayai dan berhasrat, namun sekaligus perasaannya tidak
berbeda atau bahkan terdorong ketika melakukannya.
6. Mengatur (organizes). Setiap pikiran adalah suatu organisme yang teratur
dalam diri seseorang.
7. Menyesuaikan (adapts). Meneyesuaikan pikiran sekaligus
melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi
keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh di dalam fisik,biologis,
lingkungan sosial dan kurtural dan keuntungan yang terlihat pada tindakan,
hasrat, dan kepuasan.
8. Menikmati (enjoys). Pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan. Orang yang asyik
dalam menekuni suatu persoalan, ia akan menikmati itu dalam pikirannya.
Jenis-jenis pengetahuan
Jenis pengetahuan menurut Soejono Sumargono (1983)
dibagi atas pengetahuan non ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan non ilmiah ialah pengetauan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak
termasuk dalam ketegori metode ilmiah. Dalam hal ini termasuk juga pengetahuan
yang meskipun dalam babak terakhir direncanakan untuk diolah lebih lanjut
menjadi pengetahuan ilmiah, yang biasanya disebut pengetahuan pra ilmiah.
Secara umum yang dimaksud dengan pengetahuan non ilmiah adalah segenap hasil
pemahaman manusia mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam hal ini yang cocok adalah hasil penglihatan dengan mata,
hasil pendengaran dengan telinga, hasil pembauan hidung, hasil pengecapan
lidah, dan hasil perabaan kulit. Di samping itu, seringkali di dalamnya juga
termasuk hasil-hasil pemahaman yang merupakan campuran dari hasil penyerapan
secara inderawi dengan hasil pemikiran secara akali. Juga yang termasuk dalam
kategori pengetahuan non ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang
berupa tangkapan-tangkapan terhadap hal-halyang biasanya disebut gaib, yang
biasanya diperoleh dengan menggunakan intuisi.
Pengetahuan
ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi
syarat-syarat tertentu dengan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah lazim disebut
sebagai ilmu pengetahuan.
Jenis pengetahuan menurut Plato dan Aristoteles dibagi
menurut tingkatan-tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya,
yakni: (1) pengetahuan eikasia (khayalan) ialah pengetahuan yang
objeknya berupa bayangan atau gambaran dan isinya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kesenangan; (2) pengetahuan pistis (substansial), ialah pengetahuan mengenai hal-hal yang tampai dalam
dunia kenyataan atau hal-hal yang dapat diinderai secara langsung, isi
pengetahuan ini mendekati suatu keyakinan (kepastian yang bersifat sangat
peibadi, atau kepastian subjektif); (3) pengetahuan
dianoya (matematik), ialah pengetahuan yang di dalamnya sesuatu yang tidak
hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak dari
bagaimana cara berpikitnya; (4) pengetahuan
noesis (filsafat), yakni pengetahuan yang objeknya adalah prinsip-prinsip
utama yang menvakup epistemologik dan metafisik, yang tujuannya untuk mencapai
prinsip-prinsip utama yang hal-hal yang berupa kebaikan, kebenaran dan
keadilan.
2.
Epistemologi Pengetahuan
Terjadinya pengetahuan
Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya
pengetahuan dijelaskan secara a priori atau a posteriori. Pengetahuan a priori
adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik
pengalaman indera maupun pengalaman batin. Adapun pengetahuan a posteriori
adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Dengan demikian,
pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan
menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis
mengemukakan ada enam hal: pengalaman indera, nalar, otoritas, intuisi,
wahyu, dan keyakinan.
1. Pengalaman indera (sense experience). Memang, dalam hidup
manusia tampaknya penginderaan adalah satu-satunya alat untuk menyerap segala
sesuatu objek yang ada di luar diri manusia. Karena terlalu menekankan pada
kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut ‘realisme’. Realisme adalah suatu
paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah hanya kenyataan.
Jadi, pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai. Tokoh
pemula dari pandangan ini adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa
pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah pengaruh objek, artinya,
bentuk-bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas-bekas dalam kehidupan batin.
Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indera (sensasi). Thomas Aquinos
menegaskan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal yang tidak
ditangkap oleh indera. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman indera
merupakan sumber pengetahuan yang berupa alat-alat untuk menangkap objek dari
luar diri manusia melalui kekuatan indera. Kekhilafan akan terjadi apabila ada
ketidaknormalan di antara alat-alat itu.
2. Nalar (reason). Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan
menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapat pengetahua
baru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tentang
asas-asas pemikiran berikut: (1) principium, maksudnya identitas adalah
sesuatu itu mesti sama dengan sirinya sendiri (A = A), asas ini biasa juga
disebut asas kesamaan; (2) principium contradistionis, maksudnya bila
terdapat dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-duanya benar dalam
waktu yang bersamaan atau dengan kata lain pada subjek yang sama tidak mungkin
terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu, asas ini biasa disebut
sebagai asas pertentangan; (3) princium tertii exclusi, yaitu pada dua
pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin
keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu di antara kedua itu, tidak perlu
ada pendapat yang ke tiga, asas ini biasa disebut sebagai asas tidak adanya
kemungkinan ke tiga.
3. Otoritas (authority). Otoritas adalah kekuasaan yang sahyangdimiliki oleh
seseorang dan diakui oleh kelompokna. Otoritas menjadi salah satu sumber
pengetahuan, karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang
mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya. Pengetahuan yang diperoleh melalui
otoritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah menyampaikannya
mempunyai kewibawaan tertentu. Jadi, pengetahuan yang terjadi karena adanya
otoritas adalah pengetahuan yang terjadi melalui wibawa seseorang sehingga
orang lain mempunyai pengetahuan.
4. Intuisi (intuition). Intuisi adalah kemampuan yang ada pada siri manusia
yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu
untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh
melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui kenyataan karena
pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan demikian
sesungguhnya peran intuisi sebagai sumber pengetahuan karena intuisi merupakan suatu
kemampuan yang ada dalam diri manusia yang mampu melahirkan
pernyataan-pernyataan yang berupa pengetahuan
5. Wahyu (revelation). Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada
nabi Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu,
karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu. Seseorang yang
mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik akan melaksanakan dengan
baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan, karena kita
mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.
6. Keyakinan (faith). Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada padadiri manusia
yang diperoleh melalui kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan yang
berupa wahyu dan keyakinan ini sangat sukar untuk dibedakan secara jelas,
karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang dipergunakannya adalah
kepercayaan. Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu yang secara
dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan
melalui kemapuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan (maturation) dari
kepercayaan. Karena kepercayaan itu bersifat dinamis mampu menyesuaikan dengan
keadaan yang sedang terjadi. Adapun keyakinan itu sangat statis, kecuai ada
bukti-bukti baru yang akuran dan cocok untuk kepercayaannya.
Cara memperoleh/menyusun pengetahuan yang benar
1.
Rasio (rasionalis)
Kaum rasionalis
mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang
dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas
dan dapat diterima. Masalah utama yang timbul dari cara pberpikir ini adalah
mengenai kriteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut
seseorang adalah jelas dan dapat dipercaya.
2.
Pengalaman (empiris)
Kaum empiris
berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat penalaran
rasional yang abstrak, namun lewat pengalaman yang konkrit. Gejala-gejala
alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat konkrit yang dapat
dinyatakan lewat tangkapan pancaindera. Masalah utama yang timbul adalah bahwa
pengetahuan yang dikumpulkan cenderung untuk menjadi kumpulan fakta-fakta.
Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat
hal-hal yang bersifat kontradiktif.
3.
Intuisi dan wahyu
Intuisi merupakan
pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Wahyu
merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia
3. Aksiologi Pengetahuan
Pengertian Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata
bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga dan logos
yang berarti teori. Jadi, aksiologi adalah “teori tentang nilai”.
Sedangkan arti sosiologi yang terdapat di dalam bukunya Jujun S. Suriasumantri
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori
nilai yang berkaitan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Dasar-Dasar Aksiologi Ilmu Pengetahuan
Seorang ilmuwan harus bebas dalam
menentukan topiknya penelitiannya, bebas dalam melakukan eksperimen-eksperimen.
Kebebasan inilah yang akan dapat mengukur kualitas kemampuannya. Ketika seorang
ilmuwan bekerja dia hanya tertuju pada proses kerja ilmiahnya dan tujuan agar
penelitian berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya,
dia tidak mau terikat dengan nilai subyektif, seperti nilai-nilai dalam masyarakat,
nilai agama, nilai adat, dan sebagainya. Bagi seorang ilmuwan kegiatan
ilmiahnya dengan kebenaran ilmiahnya adalah sangat penting.
Ilmu Sebagai Asas Berpikir
Pengetahuan
(knowledge) adalah bagian yang esensial- aksiden
manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Berpikir
adalah sebagai differentia yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya, yaitu
hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan keunggulannya dari spesies-spesies
lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena
pengetahuan yang dimilikinya.
Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu yang
mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu
yang rumit (complicated). Oleh karena
masalah-masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu
yang diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan
perbedaan dalam cara memandang dunia, sehingga pada gilirannya muncul perbedaan
ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam
sudut pandang dan ideology.
Note: Postingan ini dibuat atas kebaikian Sobat Aisyah Ummu Labiiq
Prodi Pendidikan Sains - Program Pasca Sarjana UNY
0 komentar:
Posting Komentar