Wacana
penghapusan mata pelajaran Bahasa Inggris pada kurikulum sekolah dasar (SD)
yang akan diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 menuai penolakan. Banyak
orangtua yang memiliki anak-anak berusia SD menentang rencana ini.
Lenny salah
satunya. Dia mengaku tidak setuju mata pelajaran Bahasa Inggris untuk jenjang
SD khususnya kelas 1 sampai kelas 3 dihapus. Menurutnya, anak usia SD sudah
cukup mampu dan siap untuk mempelajari bahasa asing.
"Untuk
SD, anak-anak ini sudah siap menerima pelajaran Bahasa Inggris. Pada usia dini
sebaiknya sudah dikenalkan," katanya saat dijumpai Kompas.com di
Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
"Apalagi
untuk sekolah negeri, pelajaran ini justru harus ada agar mampu bersaing dengan
sekolah internasional dan sekolah lain," tambah orang tua siswa dari SD
Negeri 12 Bendungan Hilir itu.
Lenny
berpendapat bahwa pelajaran Bahasa Inggris memang tidak diperlukan untuk
anak-anak yang masih duduk di tingkat Taman Kanak-kanak. Pasalnya, anak-anak
ini masih dalam tahapan usia bermain sehingga tidak layak jika harus dibebani
dengan pelajaran yang bukan merupakan bahasa ibu.
"Usia TK
justru baik untuk pengenalan Bahasa Indonesia dan diperkuat di situ tanpa harus
ada pelajaran bahasa asing. Untuk usia SD, karena anak-anak ini sudah siap
menerima. Ya sebaiknya tetap diajarkan. Kalau Bahasa Inggris di TK dihapusin
itu nggak apa," tuturnya.
Penolakan
juga disampaikan oleh Manigor. Ayah dari dua anak ini mengaku kesal dengan
rencana kebijakan kementerian yang dinilai tak beralasan.
"Pastilah
(enggak setuju), karena bagaimana anak-anak ini mau go international kalau
tidak dibiasakan dari kecil," ungkapnya kepada Kompas.com.
Warga
Kecamatan Air Molek, Riau, ini mengaku, putra pertamanya yang masih duduk di
kelas I SD menunjukkan antusiasme dan perkembangan yang positif dalam belajar
Bahasa Inggris. Sejumlah kosa kata sederhana sudah dikuasainya. Manigor
berharap, kemampuan bahasa asing anaknya itu pun jauh lebih baik dari
kemampuannya.
"Kalau
kosa kata (yang dikuasai anak saya) sih masih mendasar. Kalau efeknya tentu
positif. Awak tak tahu Bahasa Inggris jadi malu. Jangan sampai
anak kita seperti kita," katanya.
"Jadi,
enggak ada alasan menghapus Bahasa Inggris untuk anak SD. Hanya orang bodoh
yang berpikir untuk menghapus itu," tandasnya.
Selain
itu, sebagai orangtua, Manigor hanya berharap agar jam belajar dan jam bermain
untuk anak-anak bisa diseimbangkan. Dengan demikian, pertumbuhan mental maupun
intelektual anak bisa berlangsung dengan baik. (Sumber: Kompas)
0 komentar:
Posting Komentar