Sudah saatnya para guru mengganti pulpen bertinta merah
miliknya dengan tinta warna biru atau hitam. Sebab pulpen merah ditengarai
buruk bagi perkembangan anak.
Hasil studi para peneliti dari Universitas Colorado-lah yang
mengatakan pulpen berwarna dapat memberikan dampak negatif pada cara berpikir
seorang anak terhadap gurunya. Dalam penelitian Colorado yang diterbitkan dalam
Social Science Journal, Profesor Sosiologi Richard Dukes dan Asosiasi Profesor
Heather Albanesi menegaskan pulpen merah merupakan warna yang memiliki makna
emosional yang dapat menyebabkan seorang siswa merasa 'diteriaki'.
Dukes dan Albanesi mengatakan 'muatan emosional' ini bisa
mengubah persepsi siswa terhadap kritik sehingga melempar kesalahan kepada guru
dengan memberikan timbal balik yang buruk. Mereka pun menyarankan para guru
menggunakan pulpen biru jika ingin komentarnya dijadikan kritik yang membangun.
Demikian dikutip dari news.com.au, Rabu (23/1/2013).
Namun Amy Kirkham, Direktur Pelatihan dari Montessori School
Foundation of Australia, berpendapat sebaliknya. Menurutnya tidak ada masalah
digunakannya pulpen merah atau warna lainnya selama guru memberikan respons
terhadap kesalahan yang dilakukan siswa dengan benar.
"Melakukan kesalahan merupakan ide terbentuknya
'berteman dengan kesalahan' dan 'mengontrol kesalahan' yang dipraktikkan dalam
kelas Montessori," kata Amy.
"Siswa berumur tiga tahun memasuki dunia belajar formal
pada tingkat pertama untuk mempelajari lingkungannya. Mereka dikenalkan pada
ide mengoreksi sendiri. Dengan
membangun 'mengontrol kesalahan', anak-anak bisa mengidentifikasi kesalahannya dan memperbaiki kesalahannya secara independen," sambungnya.
membangun 'mengontrol kesalahan', anak-anak bisa mengidentifikasi kesalahannya dan memperbaiki kesalahannya secara independen," sambungnya.
Dia memberikan contoh, ketika para siswa bermain dengan balok
silinder dan meletakkkannya sesuai dengan ukuran lubang dan warna yang sama,
mereka memasukkannya ke lubang yang tepat. Saat salah satu balok silinder tidak
pas dengan lubangnya, mereka mencari lubang yang tepat. Hal itu memperlihatkan
anak-anak yang sedang mengindentifikasi kesalahannya.
Sementara itu ahli psikologi klinis, Sally-Anne McCormack,
mengatakan terlalu banyak menaruh fokus pada warna pulpen adalah hal yang
salah. "Ini adalah saran yang lucu dan membuang-buang waktu," kata
McCormack yang berpendapat kritik merupakan bagian normal dari kehidupan
sehari-hari.
McCormack bahkan merekomendasikan guru untuk mengkritisi
setidaknya 15 persen dari total pekerjaan yang telah dilakukan siswa.
"Memfokuskan kritik dari warna pulpen yang digunakan merupakan hal yang
kurang baik. Pekerjaan sebagai guru haruslah membangun dan mengajarkan murid
untuk menyesuaikan diri dari segala pekerjaannya yang dibuatnya," terang
Cormack.
Sementara itu, ahli psikologi, William Campos berpendapat
komentar dan suatu hubungan antara murid dan guru merupakan indikator yang
lebih memiliki arti dibanding warna pulpen yang digunakan. "Warna merah
diasosiasikan dengan tanda berhenti dan kemarahan, hal tersebut bisa
mendatangkan respons ketakutan," ujar Dr Campos.
"Kebanyakan manusia membuat keputusan mengenai bagaimana
mereka bereaksi dalam 30 detik ketika melihat seseorang atau sesuatu. Artinya,
warna bisa saja memberikan dampak. Namun komentar yang diberikan guru kepada
muridnya jauh lebih penting dibandingkan warna pulpen yang digunakan,"
imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar