Fisiologi Hewan merupakan ilmu yang mempelajari
fungsi tubuh hewan dalam menyelenggarakan kehidupan, yakni untuk menciptakan
kondisi homeostasis. homeostasis adalah kondisi lingkungan dalam tubuh hewan
yang tetap seimbang. Sel merupakan tempat berlangsungnya reaksi metabolik.
Bagian terluar dibatasi membran, didalamnya terdapat sitoplasma. Membran sel
bersifat selektif permeabel. 70 % komponen sitoplasma terdiri atas air.
Transpor zat merupakan proses yang sangat penting
bagi sel untuk dapat memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan dan membuang zat
sis metabolisme. Transpor zat melalui membran sel dapat terjadi secara aktif
maupun pasif. sistem saraf berfungsi untuk mengkoordinasikan seluruh aktivitas
pada tubu hewan. Sel penyusunnya adalah sel saraf dan sel glia. Sel saraf
bekerja dengan cara menimbulkan dan menjalankan impuls (potensial aksi).
Penjalaran impuls melewati sinaps dapat terjadi dengan cara transmisi elektrik
atau transmisi kimiawi (dengan bantuan neurotransmiter). Reseptor merupakan
alat yang penerima rangsang yang memungkinkan hewan mampu memantau keadaan di
lingkungannya, baik didalam maupun diluar tubuhnya. Efektor berfungsi untuk
menimbilkan tanggapan hayati atas suatu informasi/rangsang yang diterima oleh
hewan.
Klasifikasi reseptor misalnya dengan
memperhatikan struktur sel reseptor, hakikat rangsang, dan lokasi sumber
rangsang rang dapat diterima. Contoh tanggapan efektor adalah gerakan ameboid,
kontraksi sel otot, sekresi kelenjar, dan pelepasan arus listrik. sistem
endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur seluruh
aktivitas dalam tubuh hewan, denga menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi
sel sasaran.
Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin
ataupun sel neurosekretori. Hormon diklasifikasikan menjadi 3 yaitu hormon
streoid, hormon peptida, dan hormon turunan tirosin. sistem pencernaan
berfungsi mengubah bahan makan yang kompleks menjasi sari makanan yang
sederhana agar dapat diserap oleh sel. Sari makana diserap oleh usus, lalu
masuk ke dalam pembuluh darah (langsung atau melalui pembuluh lakteal),
selanjutnya didistribusikan ke sel-sel jaringan untuk kemudian diproses agar
menghasilkan ATP.
Cairan dalam tubuh dibedakan menjadi cairan
ekstra sel dan cairan intra sel. Cairan dalam tubuh hewan mengalir pada sistem
sirkulai tertutup atau terbuka. Komponen penyusun sistem sirkulasi yaitu
jantung, pembuluh darah, dan cairan tubuh. sistem respirasi memiliki fungsi
utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh dan membuang karbondioksida dari
dalam tubuh, tetapi juga memiliki fungsi lain yaitu untuk menjaga keseimbang pH
dan keseimbang elektrik dalam cairan tubuh. Syarat organ respirasi: tipis,
permeabel terhadap oksigen dan karbondioksida, basah/lembab, dan memiliki
vaskularisasi yang bagus.
Transpor oksigen oleh darah/cairan tubuh sangat
ditingkatkan oleh adanya pigmen respiratorik. Pengendalian homeostsis kadar
oksigen dan karbondioksida dalam darah dikendalikan oleh sistem saraf. Hewan
melakuknan interaksi pertukaran pansa dengan lingkungannya melalui berbagai
cara, yaitu radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi.
Hewan perlu melakukan teroregulasi untuk
mempertahankan suhu tubuh. Hewan berdasar kemampuan menjaga suhu tubuh
dibedakan menjadi poikiolotermik dan homoiotermik. Organ pengeluaran hewan
protonefridia (planaria), metanefridia/nefridia (annelida), tubulus malpighi
(Insekta), kelenjar hijau (Crustacea), dan nefron (Vertebrata). Osmoregulasi
adalah proses untuk menjaga keseimbang antara jumlah air dan zat terlarut yang
ada dalam tubuh. Reproduksi dipengaruhi faktor dalam yaitu saraf dan hormon,
dan juga berbagai faktor luar seperti suhu lingkungan ,makanan, dan
fotoperiodisitas.Hormon yang mengendalikan proses reproduksi disebut
gonadotropin (Isnaeni, 2006)
referensi:
Wiwi Isnaeni. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Wiwi Isnaeni. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
0 komentar:
Posting Komentar